Jumat, 19 Oktober 2012

Tanah Toraja, Keunikan Budaya yang Mempesona



Jika berkunjung ke Sulawesi Selatan khususnya di Tana Toraja, hal yang paling menarik ditemui adalah masyarakatnya yang memiliki kebudayaan unik...
Rumah adat (Tongkonan) menunjukkan strata pemiliknya/ Foto-foto: EbenezerRumah adat (Tongkonan) menunjukkan strata pemiliknya/ Foto-foto: EbenezerHal ini dapat dilihat, terutama pada upacara kematian. Termasuk, rumah-rumah tradisional dengan bentuk atap yang melengkung dengan ukiran indah dan warna yang natural. 

Secara geografis, masa sejarah dan prasejarah Sulawesi Selatan menciptakan unsur kebudayaan yang sangat menarik. Siapapun akan tertegun menikmati keunikan itu. Seperti misalnya upacara adat, tarian-tarian tradisional, ukiran, tenunan indah yang terbuat dari sutera dan kapas, serta pemandangan alam tropis yang mempesona.
Tana Toraja, merupakan obyek wisata di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah utara Makassar ini sangat terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah adat ini bernama Tongkonan. Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk. Tongkonan ini memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan.

Tana Toraja melekat dengan rumah adatnya yang unik...
Tana Toraja melekat dengan rumah adatnya yang unik...Begitu melekatnya image Tana Toraja dengan bangunan rumah adatnya, maka sebagai bentuk promosi pariwisata dan untuk menggaet turis Jepang ke daerah ini, Tongkonan pun dibangun di 'Negeri Matahari Terbit' itu. Bangunannya dikerjakan oleh orang Toraja sendiri dan diboyong oleh pengusaha pariwisata ke Jepang.
Saat ini, di Jepang, sudah ada dua Tongkonan yang sangat mirip dengan Tongkonan yang asli. Kehadiran Tongkonan selalu membuat kagum masyarakat negeri tersebut, karena bentuknya yang unik. Hanya saja, perbedaannya dengan yang ada di Tana Toraja terletak di atapnya yang menggunakan bambu.
Masih banyak lagi daya tarik dari Tana Toraja selain Upacara Adat Rambu Solo (pemakaman) yang sudah kesohor selama ini. Sebutlah kuburan bayi di atas Pohon Tarra di Kampung Kambira, Kecamatan Sangalla, sekitar 20 kilometer dari Rantepao, yang disiapkan bagi jenazah bayi berusia 0-7 tahun.
Tempat menyimpan jenazahTempat menyimpan jenazahMeski mengubur bayi di atas Pohon Tarra itu sudah tidak dilaksanakan lagi sejak puluhan tahun terakhir, tetapi pohon tempat 'mengubur' mayat bayi itu masih tetap tegak dan banyak dikunjungi wisatawan. Di atas Pohon Tarra dengan lingkaran batang 3,5 meter ini, masih tersimpan puluhan jenazah bayi. Pohon inipun memiliki buah yang mirip dengan buah sukun. Dan, biasa dijadikan sayur oleh penduduk setempat.
Sebelum jenazah dimasukkan ke batang pohon, terlebih dahulu pohon itu dilubangi, kemudian mayat bayi diletakkan di dalamnya. Selanjutnya, ditutupi dengan serat pohon kelapa berwarna hitam. Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan pohon tersebut. Ini suatu daya tarik bagi para pelancong, dan masyarakat Tana Toraja tetap menganggap tempat tersebut suci seperti anak yang baru lahir.
Penempatan jenazah bayi di pohon ini, juga disesuaikan dengan strata sosial masyarakatnya. Makin tinggi derajat sosial keluarga itu, maka makin tinggi pula tempat bayi yang dikuburkan di batang Pohon Tarra tersebut. Bahkan, bayi yang meninggal dunia diletakkan sesuai arah tempat tinggal keluarga yang berduka. Kalau rumahnya ada di bagian barat pohon, maka jenazah anak akan diletakkan di sebelah barat.
'Terbang' 45 Menit
Cinderamata dan kerajinan tangan masyarakat TorajaCinderamata dan kerajinan tangan masyarakat TorajaUntuk menuju Tana Toraja yang mengagumkan ini, terdapat jalur penerbangan domestik Makassar-Tana Toraja yang saat ini hanya sekali seminggu. Menggunakan pesawat kecil berpenumpang delapan orang, penerbangan memakan waktu 45 menit dari Bandara Hasanuddin, Makassar.
Jika lewat darat, perjalanan yang cukup melelahkan akan dijumpai. Setidaknya, membutuhkan waktu selama tujuh hingga sepuluh jam ke lokasi tujuan.
Adapun event menarik di kawasan wisata ini, yaitu adanya upacara pemakaman jenazah atau Rambu Solo dan Rambu Tuka ('pesta syukuran') yang merupakan kalender tahunan. Selain gelaran itu, para pengunjung dan turis mancanegara juga bisa melihat dari dekat obyek wisata budaya menarik lainnya.
Obyek wisata tersebut, seperti penyimpanan jenazah di penampungan mayat berbentuk 'kontainer' ukuran raksasa dengan lebar 3 meter dan tinggi 10 meter. Serta, yang selalu 'menyihir' adalah Tongkonan yang sudah berusia 600 tahun di Londa, Rantepao.
Keindahan dan keunikan itu adalah sebagian kecil dari sekian banyak kekayaan wisata yang ditawarkan oleh Tana Toraja. Sebagai daerah tujuan wisata andalan Sulawesi Selatan, 'wajahnya' memang begitu cantik. Nah, Anda ingin berkunjung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar